Masjid NU di Puncak Gunung Diresmikan

Senin, 15 Agustus 2011

Masjid Nahdlotul Ulama (NU) di Desa Tambak Ukir Kecamatan Kotaanyar senin (21/3) kemarin diresmikan oleh Bupati Probolinggo Drs. H. Hasan Aminuddin, M.Si. Lokasi peresmian masjid tersebut  berjarak sekitar 10 Km dari pendopo Kecamatan Kotaanyar. Untuk menuju lokasi itu para rombongan harus penuh kehati-hatian.pasalnya medan yang di tempuhnya sangat sulit. dengan mendaki tanjakan yang terbilang tinggi. Disitu pula jalannya diapit dengan dua belah jurang
Dalam peresmian itu Bupati Hasan didampingi oleh Ketua TP. PKK Kabupaten Probolinggo Ny. Hj. Tantri Hasan Aminuddin, SE. Turut serta dalam kesempatan tersebut Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Supriyadi, Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan Nanang Trijoko Suhartono, Kabag Kesra Imam Mulhuda, Kabag Kominfo Sentot DH serta Kabag Protokol dan Rumah Tangga Widodo Hadi Siswanto.
Ketika orang nomor satu di Kabupaten Probolinggo ini tiba di Pendopo Kecamatan Kotaanyar langsung di sambut meriah oleh masyarakat setempat, selain itu tampak Muspika Kotaanyar dan segenap kepala desa se Kecamatan Kotaanyar turut menyambut kedatangannya. Selain itu, tampak pula beberapa komunitas Adventure Motor Club (AMB) Probolinggo grup drum band setempat.
Setelah melewati perjalanan yang jauh, akhirnya Bupati Hasan dan rombongan tiba di lokasi peresmian Masjid NU di Desa Tambak Ukir. Tamp, ak dalam kesempatan tersebut Ketua Tanfidziyah PCNU Kraksaan H. Nasrullah Ahmad Suja’i dan Ketua Tanfidziyah MWC NU Kotaanyar Imam Syafi’i serta segenap tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat. Peresmian Masjid NU ini juga dihadiri oleh penceramah Habib Abdurrahman Ba’ali.
Ketua Panitia Pembangunan Masjid NU M. Khoiri dalam laporannya menyatakan proses pembangunan masjid NU ini sudah 80% selesai. Pembangunan masjid ini sudah menghabiskan dana sebesar Rp. 40.600.000 yang berasal dari bantuan APBD Kabupaten Probolinggo dan bantuan masyarakat setempat. “Membangun masjid di daerah sini tidaklah sama dengan daerah bawah. Butuh biaya yang sangat besar untuk membeli material yang dibutuhkan. Hal ini dikarenakan lokasi sini yang berada di dataran tinggi,” ujarnya.
Sementara Ketua Tanfidziyah MWC NU Kotaanyar Imam Syafi’i mengatakan walaupun pembangunannya baru mencapai 80 %, tetapi masjid ini sudah dapat ditempati untuk kegiatan ibadah. “Pembangunan masjid ini merupakan kegiatan pertama kali yang digagas oleh MWC NU Kotaanyar. Alhamdulillah, hingga saat ini Masjid NU ini sudah bias ditempati untuk sholat Jum’at. Bahkan hingga kini sudah 5 kali sholat Jum’at,” ujar Imam Syafi’i.
Sedangkan Bupati Probolinggo Drs. H. Hasan Aminuddin, M.Si dalam sambutannya mengatakan hasil Muskercab PCNU Kraksaan menjelaskan segenap pengurus NU harus memberikan uswatun hasanah kepada masyarakat. Struktur pengurus NU harus bisa memfasilitasi setiap kegiatan keagamaan dan bukan mengadakan kegiatan.
”Jihadnya pengurus NU sekarang tidak sama dengan dulu. Kalau sekarang masyarakatnya pintar-pintar tetapi tidak cerdas. Pengurus NU harus bisa memberikan solusi dan uswatun hasanah. Jika tidak bisa melakukan dulu jangan memberikan contoh kepada masyarakat. Generasi muda saat ini butuh uswatun hasanah dan bukan wacana belaka,” ujar Bupati Hasan.
Menurut Bupati Hasan, keimanan dan ketaqwaan masyarakat harus ditata dengan baik. Kalau iman sudah tertata, maka nantinya akan berbuah taqwa kepada Allah. Jika taqwa sudah tertata dengan baik, maka nantinya akan mampu melahirkan akhlakul karimah.
”Jangan bicara taqwa kalau tidak pernah datang ke masjid. Untuk mengukir iman dan taqwa, maka ramaikanlah masjid,” jelas Bupati Hasan.
Lebih lanjut Bupati Hasan juga mengungkapkan bahwa masjid juga dapat dijadikan sebagai tempat untuk mengadu jika kita sedang tertimpa masalah. ”Jika ada masalah, segeralah berwudlu. Datangi masjid dan lakukan sholat wajib dan sunnah. Insya Allah dengan sujud semua masalah akan leleh dan hancur,” tegasnya.
Bupati Hasan juga mengungkapkan  bahwa generasi muda adalah calon pemimpin penerus perjuangan bangsa. ”Untuk memberikan motivasi kepada generasi muda, saya akan mengajak pemuda untuk bergabung dengan GP. Ansor. Disana nantinya akan saya buat program Kebun Bibit Rakyat yang melibatkan generasi muda dalam membuat bibitnya. Hasilnya silahkan dibagi rata dengan seluruh pengurus GP. Ansor,” ungkap Bupati Hasan.
Diungkapkan juga bahwa takmir masjid merupakan orang yang pandai dan cerdas. Tetapi pada hakekatnya bukan hanya itu, tetapi bagaimana seorang takmir masjid harus bisa berupaya supaya masjid selalu penuh untuk bersujud kepada Allah SWT.
“Marilah bersama-sama kita memakmurkan masjid. Isi masjid dengan selamatan-selamatan untuk mengundang masyarakat datang untuk dapat memakmurkan masjid. Jika ini terus dilakukan, maka nanti akan terbiasa dan menjadi kebiasaan untuk mendatangi rumah Allah,” pungkas Bupati Hasan.(un)
READ MORE - Masjid NU di Puncak Gunung Diresmikan

Air Bersih 24 Jam, Listrik 7 Jam


Perahu motor selepas dari pelabuhan Probolinggo dengan muatan puluhan penumpang  singgah di dermaga pulau Gili Ketapang. Ratusan perahu nelayan berjejeran di bibir pantai menyambut para pengunjung yang singgah kepulau tersebut. Papan nama yang bertuliskan “selamat datang di pulau Gili Ketapang” terpampang tegak di gapuro pintu masuk,bertanda memasuki daerah pulau Gili Ketapang  .Pasir putih dengan suara riang anak kecil sedang berenang di pinggir pantai terlihat dan terdengar menyambutnya.
Pulau  Gili Ketapang merupakan  nama sebuah pulau yang mengikuti tata pemerintahan  di Kecamatan Sumberasih  Kabupaten Probolinggo, terletak di sebelah utara  pantai lepas Probolinggo.  Pulau Gili Ketapang  hanya berjarak 5 Mil dari Pelabuhan  Tanjung Tembaga, perjalanan menuju pulau ini sekitar 45 menit dengan naik perahu motor.Luas pulaunya sekitar 68 hektar dengan jumlah penduduk  9.000 jiwa.
Mayoritas masyarakat yang hidup di pulau ini dari golongan suku Madura dengan logat  bahasa madura yang begitu kental dan masyarakatnya di kenal sopan dan ramah.Sekitar 90 persen penduduknya terdiri dari para nelayan yang menggantungkan hidupnya dari hasil  penangkapan ikan di laut.Sedangkan untuk selebihnya mereka berdagang.

Wilayah pulau Gili Ketapang ditahun sebelum 2010 kemarin masih sangat kesulitan persoalan air bersih. masyarakat di daerah tersebut harus membeli air ke daerah  Probolinggo dengan nilai yang relatif mahal dan memerlukan penganggkutan yang begitu  menyulitkan .”Sehingga air yang masuk ke daerah ini sedikit terlambat,” kata Suparyono Kepala Desa Gili Ketapang kepada Majalah Bangkit Saat di temui dirumahnya.

Menurut Suparyono,  alhamdulillah untuk saat ini masyrakat  Gili Ketapang sudah tidak kesulitan air bersih dan tidak  lagi membeli air ke daerah lain. Pasalnya Sistem Pipanisasi Air Minum (SPAM) sudah masuk ke pulau tersebut.”Banyak masyarakat yang bersyukur, kerena mereka dapat merasakan air bersih sehari penuh.Sebelum SPAM ini masuk ke pulau Gili, masyarakat harus membeli air ke luar pulau Gili,” terangnya.

Selain masyarakat Gili membeli air ke daerah lain. Masyarakat Gili mempunyai langkah lain , yakni mereka membuat penampungan terbuat dari kolam tembok dengan ukuran yang lumayan besar dengan tujuan untuk menampung air di saat musim penghujan tiba.”Jadi ketika musim penghujan tiba, air hujan itu tidak dibuang begitu saja Namun masyarakat memanfaatkannya untuk dijadikan kebutuhan hidupnya,seperti mandi, cuci piring dan lain sebagainya.Dengan cara menampungnya di tempat kolam penampungan,” ungkap Suparyono yang masih menjabat kepala desa Gili ketapanng selama 3 tahun itu.

Mengenai air bersih itu pula Holili Hasan salah ketua Ansor Ranting Gili Ketapang menyampaikan. Bahwa dirinya juga merasakan hal yang serupa dengan masyarakat gili ketapang lainnya.”Saya juga melakukan cara yang sama untuk mendaptkan air bersih, saya harus membelinya di daerah perkotaan dan membuat penampungan air di rumah,” ujar Holili.

Ia juga mengatakan, untuk saat ini masyarakat Gili Ketapang sudah tidak kebigungan lagi untuk mendapkan air bersih. Bahkan saya sekarang sudah memanfaatkan masuknya air bersih melalui SPAM ini, untuk pembudidayaan air tawar.” Saat ini saya sudah mencoba untuk membudidayakan ikan air tawar yang berupa ikan lele. Sedangkan perkembangannya cukup bagus dan permintaan pedagang mengenai  lele dari pulau ini cukup tinggi. Karena Lele yang dihasilkan dari pulau ini memiliki ciri khas yang berbeda di bandingkan dengan hasil budidaya lele daerah yang berjauhan dari perairan air laut,” ungkapnya.

Persoalan air bersih di pulau Gili Ketapang dalam tahun-tahun ini sudah bisa teratasi dengan masuknya proyek SPAM di tahun 2010 kemarin. Namun masyarakat Gili Ketapang masih memiliki persoalan yang tersisa dalam bidang penerangan lampu listrik yang belum maksimal. Pasalnya masyarakat Gili Ketapang hanya menikmati listrk selama 7 Jam sehari.

Listrik di pulau ini hanya bisa menyala pada waktu pukul 17.00-24.00  WIB saja.Namun untuk selebihnya lampu yang ada di sana mengalami kepadamanan.Karena daya pembangkit listrik di pulau tersebut dihasilkan dari mesin pembangkit listrik berupa mesin deisel. Dimana daya yang dihasilkannya masih belum begitu maksimal tuk memenuhi kebutuahan masyaraat Gili secara total. Di saat melewati  waktu larut malam, masyarakat harus menggantinya dengan lampu minyak bagi warga yang tergolong berpenghasila rendah. Namun bagi warga  yang berkecukupan dalam bidang ekonominya mereka menggantinya dengan mesin janseet.

Selain jam lampu hidup, listrik yang ada di pulau itu tidak bisa dirasakan oleh warga masyarakat pulau Gili Ketapang.”Jadi masyarakat sangat kesulitan didalam memanfatkan listrik, seperti menonton televisi di siang hari , mengecas Hp dan hal-hal yang berkaitan dengan bantuan  energi listrik lainnya ,” ungkap salah satu warga Gili Ketapang pada majalah Bangkit.

Sementra Bupati Probolinggo Hasan Aminuddin dalam kunjungannya ke pulau Gili Ketapang dalam Rangka Peringatan  Maulid Nabi Muhammad SAW dan bakti Sosial untuk warga Gili Ketapang , Rabu (23/3) kemarin mengatakan.Bahwa persoalan Air bersih yang terjadi dipulau Gili Ketapang kini sudah bisa teratasi dengan masuknya SPAM di pulau gili ketapang.

”Alhamdulillah masyarakat Gili Ketapang saat ini sudah tidak kebigungan lagi persoalan air bersih,Ini semua berkat do’a masyarakar Gili Ketapang dan masyarakat Kabupaten Probolinggo. Memang Sejak dulu pemerintah menginginkan aliran air bersih untuk masuk kepulau Gili Ketapang. Tetapi pada tahun 2010 kemarin, doa orang Gili  terkabulkan oleh Allah SWT, sehingga Air bersih bisa di nikmati oleh masyarakat Gili secara maksimal.

Menurut Hasan Aminuddin, Persoalan air di pulau Gili Ketapang kini sudah bisa terjawab. Namun masih ada sesuatu yang belum bisa dirasakan oleh wrga Gili Ketapang secara penuh yakni pemanfaatan energi listrik sehari penuh. Karena faktor penyebabnya,  pembangkit listrik yang ada di pulau Gili, daya  alir listrik yang  dihasilakannya  masih  belum maksimal. Pasalnya hanya mengunakan deisel.

”Namun saya dan pemerintah Kabupaten Probolinggo akan terus memikirkan dan mengusahakannya agar listrik bisa hidup selama 24 jam di pulau Gili Ketapang. Mari kita berdo’a kepada Allah agar senantiasa keinginan yang diinginkan oleh masyarakat Gili Ketapang dapat bisa terjawab seperti manfaat air bersih yang sudah mengalir di pulau ini,” ajak hasan kepada warga gili Ketapang disela-sela sambutannya. (MHD)


READ MORE - Air Bersih 24 Jam, Listrik 7 Jam

Pertama Kali, Makan Bersama Rakyat 1001 Cobek

Pada peringatan Hari Jadi Kabupaten Probolinggo (Harjakabpro) ke 265  tahun ini, Pemerintah Kabupaten Probolinggo menggelar kegiatan unik yang belum pernah dilaksanakan sebelumnya yakni makan bersama rakyat dengan menggunakan 1001 cobek.
Kegiatan tersebut digelar di sepanjang Jalan Rengganis sebelah utara alun-alun Kota Kraksaan, Selasa (10/5) malam. Selain harus menyediakan 1001 cobek, tempat yang dibutuhkan untuk makan bersama ini juga cukup panjang yakni mulai pertigaan Masjid Agung hingga pertigaan depan Gedung Islamic Centre.
Menu yang disiapkan juga disesuaikan dengan wadah cobek yang digunakan yakni menu 5 T yang terdiri dari tahu, tempe, telur, teri dan terung yang disantap dengan sambal tradisional.
Istimewanya lagi, Bupati Probolinggo Drs. H. Hasan Aminuddin, M.Si langsung ikut ngulek sambal tradisional dengan komposisi utama trasi, lombok, merah, cabe rawit, gula dan garam. Bahkan Komandan Kodim 0820 Letkol Inf. Hery Setiyono dan Ketua DPRD Ahmad Badawi ikut mendampingi Bupati Hasan mengolah sambal tradisonal tersebut.
Tak hanya itu, Ketua TP PKK Kab. Probolinggo Ny. Hj. Tantri Hasan Aminuddin, SE juga ikut menunjukkan kemahirannya mengucek sambal didampingi Kepala Kejaksaan Negeri Kraksaan Putu Indriati, beberapa pengurus PKK dan ibu-ibu Kepala SKPD yang juga hadir malam itu.
Suasana makan bersama malam itu juga disetting bernuansa tradisional. Selama kegiatan berlangsung lampu penerangan jalan sengaja dikurangi dan digantikan dengan lampu minyak yang diletakkan di sepanjang lokasi acara. Meja pendek dari bambu makin menunjang gaya lesehan dalam menikmati hidangan malam itu.
Pada sambutannya, Bupati Hasan mengatakan kegiatan makan bersama 1001 cobek tersebut sengaja digelar pada Harjakabpro ke 265 tahun ini sebagai bentuk komitmen untuk mengembalikan tradisi asli warisan nenek moyang yang sudah banyak ditinggalkan.
”Saat ini banyak sekali kita jumpai restoran mewah dengan menu asing. Pada peringatan hari jadi ke 265 ini marilah kita menghargai dan menikmati kembali warisan resep tradisonal dari nenek moyang kita ini yang tentunya tidak kalah dengan masakan luar negeri,” ujar Bupati Hasan.
Orang nomor satu di Kabupaten Probolinggo ini juga mengajak untuk kembali kepada tradisi nenek moyang dengan duduk lesehan bersama sehingga makin mempererat kebersamaan dan semangat persaudaraan.
Makan bersama yang dimulai pukul 19.00 tersebut diikuti kurang lebih 1001 orang, sesuai dengan jumlah cobek yang tersedia. Undangan yang hadir cukup komplit mulai dari Muspida, anggota DPRD, kepala SKPD, Camat dan perwakilan karyawan/karyawati di lingkungan pemerintah daerah.
Target 1001 peserta nampaknya sudah terpenuhi malam itu dengan keikutsertaan masyarakat Kota Kraksaan khususnya dari sekitar alun-alun yang memang sengaja diundang untuk ikut menikmati menu makan bersama malam itu.(un)

READ MORE - Pertama Kali, Makan Bersama Rakyat 1001 Cobek

Spektakuler ! Pembukaan MQK III se Jawa Timur di Kraksaan

Spektakuler! Mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan suasana pembukaan Musabaqoh Qiro’atil Kutub (MQK) ke III tingkat Provinsi Jawa Timur, Senin (9/5) lalu.  
Suasana alun-alun Kraksaan yang menjadi tempat berlangsungnya upacara pembukaan, malam itu menjadi terang benderang bermandikan cahaya kembang api sebagai penanda dibukanya MQK tahun 2011.
Kurang lebih 15 menit langit Kota Kraksaan makin bersinar dengan kilatan cahaya dan kilauan bunga api yang sesekali diiringi suara dentuman. Tepuk tangan dan sorak sorai hadirin dan masyarakat yang menonton dari sekitar alun-alun makin membuat  suasana malam itu gegap gempita.
Memang, pada pembukaan MQK kali ini Pemerintah Kabupaten Probolinggo selaku tuan rumah ingin memberikan sesuatu yang sedikit berbeda dan berkesan mengingat event ini adalah event dengan skala regional yang diikuti Kabupaten/Kota se Jawa Timur.
Sebelum upacara pembukaan secara resmi dilaksanakan, terlebih dahulu seluruh delegasi peserta MQK melakukan deville melintas didepan mimbar kehormatan. Dengan diiringi beberapa kelompok drum band, mereka memberi hormat sambil melambai-lambaikan tangan kepada para undangan.
Pembukaan dihadiri oleh Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf dan beberapa pejabat di lingkungan Pemprov Jatim. Hadir pula Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur Sutrisno, para Kepala Daerah dan Kepala Kantor Kemenag se Jawa Timur.
 Bupati Probolinggo Drs. H. Hasan Aminuddin, M.Si dan seluruh anggota Muspida juga hadir malam itu. Nampak pula seluruh kepala satuan kerja dan Camat serta alim ulama se Kabupaten Probolinggo.
MQK ke III tahun 2011 dilaksanakan di Pondok Pesantren Nurul Qodim Paiton mulai tanggal 9 s/d 13 Mei. Namun upacara pembukaan sengaja dilaksanakan di alun-alun Kota Kraksaan dengan pertimbangan untuk kepentingan syi’ar agar seluruh masyarakat Kabupaten Probolinggo dapat mengetahuinya secara luas.
“Pembukaan MQK ini memang sudah menjadi niat kami selaku tuan rumah untuk menempatkannya di alun-alun Kota Kraksaan guna mensyi’arkannya kepada seluruh rakyat mengingat kegiatan ini adalah yang pertama kali dilaksanakan di Kabupaten Probolinggo”, jelas Bupati Hasan pada sambutan selamat datangnya.
Atas nama pribadi, masyarakat dan pemerintah daerah Bupati Hasan menyampaikan terima kasih atas amanah yang telah diberikan kepada Kabupaten Probolinggo untuk menggelar event tingkat provinsi tersebut.
Orang nomor satu di Kabupaten Probolinggo ini menegaskan telah berikhtiar untuk menyambut dan mensyi’arkan MQK dengan menggelar kegiatan jalan sehat pada hari Sabtu (7/5).
“Alhamdulillah syi’arnya dapat berjalan baik sebab jalan sehat tersebut juga diikuti ribuan siswa madrasah dan santri pondok pesantren yang ada di Kabupaten Probolinggo”, sambung Bupati Hasan.
Sementara Wagub Saifulllah Yusuf pada sambutannya mengatakan bahwa MQK merupakan sarana yang tepat untuk mempertahankan dan meneruskan tradisi dan warisan para kyai yang telah memberikan sesuatu yang mulia seperti kitab kuning yang banyak diajarkan di pondok-pondok pesantren.
Wagub mengakui model belajar di pondok pesantren terbukti mampu melahirkan kader-kader bangsa yang berkualitas. “Bahkan sistem pembelajaran di universitas terkemuka di dunia banyak yang mengadaptasi model pembelajaran di pondok pesantren”, terangnya.
Dari pelaksanaan MQK tersebut, Wagub Saifullah Yusuf berharap akan lahir buku-buku dan kitab yang berkualitas dan membanggakan sehingga dapat diwariskan kepada generasi berikutnya.
Kemeriahan malam pembukaan tersebut terus berlanjut dengan penampilan kelompok musik Balasyk dari Jember yang membawakan lagu-lagu bernuansa Islami. Tak sedikit delegasi peserta MQK yang ikut menyemut di depan panggung sambil menikmati beberapa nomor lagu yang dibawakan Musthofa dan kawan-kawan.
MQK yang digelar tiap tiga tahun ini merupakan persiapan menghadapi MQK tingkat Nasional di Lombok Timur yang akan dilaksanakan bulan Juli mendatang. Hal tersebut ditegaskan oleh Kakanwil Kemenag Prov. Jatim Sutrisno.
Sutrisno menjelaskan, tujuan dilaksanakannya MQK adalah untuk melestarikan tradisi di lingkungan pondok pesantren sambil mencari kader-kader ulama masa depan. ”Kegiatan ini juga bertujuan untuk memberikan apresiasi kepada penghafal kitab kuning sekaligus evaluasi secara umum”, jelasnya.
MQK tahun 2011 ini diikuti 33 kontingen dari Kabupaten/Kota se Jawa Timur dengan jumlah total peserta dan official 1.444 orang. Selama lima hari mereka berkompetisi seputar pengetahuan dan keahliannya pada Kitab Kuning.(un)
READ MORE - Spektakuler ! Pembukaan MQK III se Jawa Timur di Kraksaan

Pahlawan Pelopor Kebangkitan Perempuan Pribumi

Ibu kita Kartini putri sejati
Putri Indonesia harum namanya
Ibu kita Kartini pendekar bangsa
Pendekar kaumnya untuk merdeka
Wahai Ibu kita Kartini putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya bagi Indonesia
— Kartini, (W.R. Soepratman)

Raden Adjeng Kartini (lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879 – meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 pada umur 25 tahun) atau sebenarnya lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini[1] adalah seorang tokoh suku Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi.
Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Ia adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak hingga Hamengkubuwana VI.
Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi[2], maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.
Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.
Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.

Kartini bersama suaminya, R.M.A.A. Singgih Djojo Adhiningrat (1903).
Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yang pada November 1901 sudah dibacanya dua kali. Lalu De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda.
Oleh orangtuanya, Kartini disuruh menikah dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.
Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, R.M. Soesalit, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.
Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.

Surat-Surat Kartini di Eropa

Setelah Kartini wafat, Mr. J.H. Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di Eropa. Abendanon saat itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya". Buku kumpulan surat Kartini ini diterbitkan pada 1911. Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan terakhir terdapat tambahan surat Kartini.
Pada tahun 1922, Balai Pustaka menerbitkannya dalam bahasa Melayu dengan judul yang diterjemahkan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran, yang merupakan terjemahan oleh Empat Saudara. Kemudian tahun 1938, keluarlah Habis Gelap Terbitlah Terang versi Armijn Pane seorang sastrawan Pujangga Baru. Armijn membagi buku menjadi lima bab pembahasan untuk menunjukkan perubahan cara berpikir Kartini sepanjang waktu korespondensinya. Versi ini sempat dicetak sebanyak sebelas kali. Surat-surat Kartini dalam bahasa Inggris juga pernah diterjemahkan oleh Agnes L. Symmers. Selain itu, surat-surat Kartini juga pernah diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Jawa dan Sunda.
Terbitnya surat-surat Kartini, seorang perempuan pribumi, sangat menarik perhatian masyarakat Belanda, dan pemikiran-pemikiran Kartini mulai mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa. Pemikiran-pemikiran Kartini yang tertuang dalam surat-suratnya juga menjadi inspirasi bagi tokoh-tokoh kebangkitan nasional Indonesia, antara lain W.R. Soepratman yang menciptakan lagu berjudul Ibu Kita Kartini.

Pemikiran Kartini Tentang Perempuan

Pada surat-surat Kartini tertulis pemikiran-pemikirannya tentang kondisi sosial saat itu, terutama tentang kondisi perempuan pribumi. Sebagian besar surat-suratnya berisi keluhan dan gugatan khususnya menyangkut budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan. Dia ingin wanita memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar. Kartini menulis ide dan cita-citanya, seperti tertulis: Zelf-ontwikkeling dan Zelf-onderricht, Zelf- vertrouwen dan Zelf-werkzaamheid dan juga Solidariteit. Semua itu atas dasar Religieusiteit, Wijsheid en Schoonheid (yaitu Ketuhanan, Kebijaksanaan dan Keindahan), ditambah dengan Humanitarianisme (peri kemanusiaan) dan Nasionalisme (cinta tanah air).
Surat-surat Kartini juga berisi harapannya untuk memperoleh pertolongan dari luar. Pada perkenalan dengan Estelle "Stella" Zeehandelaar, Kartini mengungkap keinginan untuk menjadi seperti kaum muda Eropa. Ia menggambarkan penderitaan perempuan Jawa akibat kungkungan adat, yaitu tidak bisa bebas duduk di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki yang tak dikenal, dan harus bersedia dimadu.
Pandangan-pandangan kritis lain yang diungkapkan Kartini dalam surat-suratnya adalah kritik terhadap agamanya. Ia mempertanyakan mengapa kitab suci harus dilafalkan dan dihafalkan tanpa diwajibkan untuk dipahami. Ia mengungkapkan tentang pandangan bahwa dunia akan lebih damai jika tidak ada agama yang sering menjadi alasan manusia untuk berselisih, terpisah, dan saling menyakiti. "...Agama harus menjaga kita daripada berbuat dosa, tetapi berapa banyaknya dosa diperbuat orang atas nama agama itu..." Kartini mempertanyakan tentang agama yang dijadikan pembenaran bagi kaum laki-laki untuk berpoligami. Bagi Kartini, lengkap sudah penderitaan perempuan Jawa yang dunianya hanya sebatas tembok rumah.
Surat-surat Kartini banyak mengungkap tentang kendala-kendala yang harus dihadapi ketika bercita-cita menjadi perempuan Jawa yang lebih maju. Meski memiliki seorang ayah yang tergolong maju karena telah menyekolahkan anak-anak perempuannya meski hanya sampai umur 12 tahun, tetap saja pintu untuk ke sana tertutup. Kartini sangat mencintai sang ayah, namun ternyata cinta kasih terhadap sang ayah tersebut juga pada akhirnya menjadi kendala besar dalam mewujudkan cita-cita. Sang ayah dalam surat juga diungkapkan begitu mengasihi Kartini. Ia disebutkan akhirnya mengizinkan Kartini untuk belajar menjadi guru di Betawi, meski sebelumnya tak mengizinkan Kartini untuk melanjutkan studi ke Belanda ataupun untuk masuk sekolah kedokteran di Betawi.
Keinginan Kartini untuk melanjutkan studi, terutama ke Eropa, memang terungkap dalam surat-suratnya. Beberapa sahabat penanya mendukung dan berupaya mewujudkan keinginan Kartini tersebut. Ketika akhirnya Kartini membatalkan keinginan yang hampir terwujud tersebut, terungkap adanya kekecewaan dari sahabat-sahabat penanya. Niat dan rencana untuk belajar ke Belanda tersebut akhirnya beralih ke Betawi saja setelah dinasihati oleh Nyonya Abendanon bahwa itulah yang terbaik bagi Kartini dan adiknya Rukmini.
Pada pertengahan tahun 1903 saat berusia sekitar 24 tahun, niat untuk melanjutkan studi menjadi guru di Betawi pun pupus. Dalam sebuah surat kepada Nyonya Abendanon, Kartini mengungkap tidak berniat lagi karena ia sudah akan menikah. "...Singkat dan pendek saja, bahwa saya tiada hendak mempergunakan kesempatan itu lagi, karena saya sudah akan kawin..." Padahal saat itu pihak departemen pengajaran Belanda sudah membuka pintu kesempatan bagi Kartini dan Rukmini untuk belajar di Betawi.
Saat menjelang pernikahannya, terdapat perubahan penilaian Kartini soal adat Jawa. Ia menjadi lebih toleran. Ia menganggap pernikahan akan membawa keuntungan tersendiri dalam mewujudkan keinginan mendirikan sekolah bagi para perempuan bumiputra kala itu. Dalam surat-suratnya, Kartini menyebutkan bahwa sang suami tidak hanya mendukung keinginannya untuk mengembangkan ukiran Jepara dan sekolah bagi perempuan bumiputra saja, tetapi juga disebutkan agar Kartini dapat menulis sebuah buku.
Perubahan pemikiran Kartini ini menyiratkan bahwa dia sudah lebih menanggalkan egonya dan menjadi manusia yang mengutamakan transendensi, bahwa ketika Kartini hampir mendapatkan impiannya untuk bersekolah di Betawi, dia lebih memilih berkorban untuk mengikuti prinsip patriarki yang selama ini ditentangnya, yakni menikah dengan Adipati Rembang.(Sumber:Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)
READ MORE - Pahlawan Pelopor Kebangkitan Perempuan Pribumi

Pengelola Website

Penanggung jawab:
Habibullah Makshum (Ketua PC GP Ansor Kab. Probolinggo)
Pemimpin Umum:
Mehdin Sareza Wiriarsa 
Pemimpin Redaksi:
TAUFIQ
Redaktur Pelaksana:
MAHFUD HIDAYATULLAH 
Redaktur:
FATHURROZI AMIEN
EKO SUMEDHI
NURHADI 
Pemimpin Usaha:
ADIMAS LUTFI PUTRA JAYA 
Programmer:
Hamdi Godher
Farouq (Homepage:  www.alfaruq.co.tv) 
Tata Usaha dan Sekretaris Redaksi:
SUN'AM
Alamat Redaksi:
Jl. Dringu Raya 336   Dringu Kab. Probolinggo 67271
Telp (0335) 430370 Hp. 085234569777
email:    -    bima5h@yahoo.com
Hompage: www.gpansorkabprob.com

READ MORE - Pengelola Website


Maaf, situs http://gpansorkabpro.blogspot.com/ masih dalam pembangunan.

Sorry, this http://gpansorkabpro.blogspot.com/ website is still under construction.


Ini adalah halaman default. Jika Anda pengunjung situs ini, silakan mulai mengirim pesan kritik dan saran demi perkembangan layanan informasi dengan mengirim e-mail ke

This is the default page. If your visitors to this site, please start sending a message of criticism and suggestions for the development of information services by sending an e-mail to ansorkabprob@yahoo.co.id.


Hosted by Bangkit Magzine
 
 

READ MORE -

Sepak Terjang NU Mengawal NKRI

Selasa, 09 Agustus 2011


NU: Ideologi Pancasila tak bisa ditawar lagi
Polemik yang mengguncang bangsa Indonesia sangatlah variatif. Seperti isu gerakan  organisasi Negara Islam Indonesia (NII). berkeinginan merubah konsep ideologi Pancasila menjadi ideologi islam sebagai dasar  Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Persolan itu membuat  rakyat Indoensia sedikit mengalami  penolokan dari grassroot  sampai dengan golongan elit di negeri  pluralis ini.Padahal ideologi Pancasila  sebagai dasar  NKRI telah diterima secara luas dan telah bersifat final bahkan boleh dikatakan harga mati . Bagaimanakah peran NU dalam memperjuangkan dan mempertahankan Ideologi Pancasila sebagai dasar NKRI ?

Hal ini kembali ditegaskan dalam Ketetapan MPR No XVIII/MPR/1998 tentang pencabutan ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) No. II/MPR/1978 tentang pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) dan penetapan tentang penegasan Pancasila sebagai dasar negara. Ketetapan MPR No. I/MPR/2003 tentang peninjauan terhadap materi dan status hukum Ketetapan  MPR.. Selain itu Pancasila sebagai dasar negara merupakan hasil kesepakatan bersama para pendiri bangsa yang kemudian sering disebut sebagai sebuah “Perjanjian Luhur” bangsa Indonesia. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia  sehingga pada tanggal 1 Juni dikenal dengan hari lahir Pancasila yang diperingati oleh rakyat Indonesia.

Peran Nahdhatul Ulama (NU) dalam pembentukan Negara Kesatuan  Republik Indonesia tidak diragukan lagi bahwa peranan NU dalam pembentukan NKRI sangat berperan aktif dalam pergerakannya. NU bukan hanya organisasi yang berbicara masalah keagamaan yang menjunjung nilai-nilai tradisionalis. Namun, NU juga berbicara mengenai motif Nasionalisme atau kemerdekaan atas Negara yang pada waktu itu dijajah oleh colonial Belanda.
“NU memang ikut  perperan aktif berjuang untuk memerangi penjajah di negera Indonesia. Kerena NU tidak hanya berjuang didalam persolan agama saja. Namun NU juga bergerak dalam bidang kebangsaan,” terang Ketua Tanfidiyah PCNU Kabupaten Probolinggo Kiai Saiful Hadi.  
Menurut  Kiai Saiful Hadi bahwa Nahdhotul Ulama memiliki peran penting didalam  menjaga dan mempertahankannya. Bahwa di masa proklamasi kemerdekaan,  berdebatan sengit mengenai bentuk Negara yang dimulai dari tahun 1920-an, akhirnya memuncak saat Jepang menyerah pada bulan Agustus 1945. Sebenarnya bukan hanya bentuk Negara yang diperdebatkan, akan tetapi banyak hal lain yang diperdebatkan mengenai jati diri negar kedepannya, antara lain : mengenai batas wilayah, bentuk Negara, dan bentuk pemerintahan.
Ia juga mengatakan, bahwa presiden Soekarno meletakan dasar Negara dengan dasar 5 sila atau yang masyhur disebut dengan pancasila. Peranan NU dalam melegalkan pancasila ini tercermin dalam diskusii antara Soekarno, kiai Wahab Hasbullah, kiai Masykur dan kahar Muzakar yang berkesimpulan bahwa 5 sila tersebut representasi dari ajaran Islam. “Tetapi titik tekan yang dilakukan oleh para pemimpin Islam tersebut lebih kepada persatuan Indonesia yang terdiri dari beberapa agama dan banyak suku bangsa yang tersebar luas di belahan nusantara,” ungkap Saiful Hadi.

Pada masa itu menurut Ketua PCNU Kabupaten Probolinggo,  Pancasila kembali menimbulkan diskursus dengan golongan islam kanan dan golongan nasionalis, hingga pada akhirnya Soekarno memanggil panitia 62 kemudian membentuk panitia kecil yang terdiri dari 9 orang yang akan membahas kompromi antara kaum islam dan nasionalis. Kiai Wahid Hasyim sebagai representasi dari golongan islam tradisional atu NU, dalam rapat panitia tersebut membuahkan hasil dengan menambahkan acuan syariat Islam bagi pemeluknya, menurut dasar kemanusian yang adil dan beradab.

Tidak berhenti disitu saja perdebatan mengenai 5 sila tersebut, pada rapat selanjutnya, piagam Jakarta tersebut dipertanyakan kembali oleh tokoh nasionalis dan Kristen. Latuharahray, dari protestan, melontarkan dengan tegas kekhawatirannya mengenai ditambahkannya syariat islam dalam sila tersebut, yang berdampak pada perpecahan. “Dari NU sendiri yang diwakili oleh Wahid Hayim mengusulkan agar agama Negara adalah islam, dengan jaminan bagi pemeluk lain untuk dapat beribadah menurut agamanya masing-masing,” ungkap saiful hadi pada majalah Bangkit

Muhamad Hatta memanggil empat anggota panitia persiapan kemerdekaan yang diwakili oleh Islam. Antra lain yaitu: Ki Bagus Adi Kusumo, Kasman Singodimejo, Teuku Muhamad Hasan dan Wahid Hasim. Hasil rapat panitia tersebut berkat usulan Wahid Hasim yaitu mengenai digantinya syariat Islam dengan ketuhanan Yang Maha Esa.  Wahid Hasim sebagai representasi dari NU berperan penting atas persatuan bangsa Indonesia dengan kata lain beliau adalah pahlawan konstitusi Republik Indonesia yang menjungjujng tinggi persatuan dan kesatuan, tanpa menghilangkan nilai-nilai Islam dalam piagan Jakrta tersebut.

“Oleh sebab itu peran NU dalam mengawal NKRI tentu tidak diragukan lagi, Dan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi,” pungkasnya.(MHD) 
READ MORE - Sepak Terjang NU Mengawal NKRI

Membangun Konsolidasi Ansor, Tidak Harus Formal


Untuk mencapai tujuan bersama dalam sebuah organisasi harus mampu menyatukan visi dan misi serta mekukan kerja sama antar pengurus didalamnya. Namun untuk menumbuhkan hal itu perlu adanya sebuah konsolidasi internal kader. Sehingga didalam tubuh organisasi tersebut benar-benar kuat.
Mengenai konsolidasi organisasi, mantan ketua Ansor Kabupaten Probolinggo, Hanafi mengatakan bahwa didalam organisasi konsolidasi kepengurusan sangatlah penting. Pasalnya organisasi tanpa ada kesolidan di dalamnya jangan berpikir organisasi itu akan bisa besar. Karena Hal tersebut merupakan modal yang paling utama didalam menjalankan roda oraganisasi.
“Penyatuan persepsi didalam sebuah organisasi harus dipikirkan degan matang. Sebab tanpa adanya hal itu maka sangat sulit organisasi itu bisa dijalankan dengan mulus,” katanya.
Menurutnya, bentuk penyatuan persepsi organisasi harus dilakukan secara continue yakni dengan melakukan komuikasi yang intensif antar pengurus. Sehingga mereka bisa memahami kondisi serta perkembangan yang dialami oleh organisasi. ”Karena tanpa adanya komunikasi maka jangan harap organisasi itu bisa tumbuh berkembang,” terangnya.
Untuk menciptakan kesolidan didalam tubuh organisasi Ansor, tidak hanya bisa dilakukan dengan kegiatan yang formal saja . Namun langkah yang dilakukan untuk membangun keutuhan kader Ansor bisa dilakukan dengan cara non formal. “Betuknya bisa beragam, bisa dilakukan dengan konsep silaturrohmi antar pengurus atau bisa dilakukan dengan komunikasi Short Message Service (SMS) mengingat alat komunikasi sekarang sudah semakin canggih,” ujar Hanafi pada majalah Bangkit.
Ia juga memberikan gambaran serta pengarahaan tentang hal yang membuat sebuah organisasi sulit untuk bisa maju. Misalnya, Karena dari internalnya sudah tidak bisa dikondisikan. Sehingga program yang direncanakannya tidak bisa terlaksana dengan baik dan benar.
Dengan pola konsolidasi internal kader, maka Ansor dapat menjadi organisasi yang bisa diharapkan bersama oleh para kader-kadernya serta mencapai tujuan bersama dan memberikan manfaat kepada masyarakat. Sehingga Ansor menjadi organisasi yang rahmatal lilalamin. ”Jangan sampai putus komunikasi antar kader karena komunikasi yang intensif merupakan kunci kesuksesan didalam sebuah organisasi,”harapnya.(MHD)
READ MORE - Membangun Konsolidasi Ansor, Tidak Harus Formal

Jangan Beranggapan Perempuan selalu Lemah

Pandangan masyarakat tradisional terhadap kaum perempuan memang sedikit dibelakangkan. Bahwa kaum perempuan hanya bisa beraktifitas di dapur dan di sumur. Paradigma tersebut terus bergeser dengan munculnya gerakan feminisme yang dipelopori oleh Raden Ajeng Kartini. Sehingga derajat kaum wanita sedikit demi sedikit mulai terangkat.
Persoalan penyetaraan gender tersebut terus mendapatkan sorotan serius dari Ketua Pimpinan Cabang (PC) Fatayat NU Kabupaten Probolinggo, Nur Hayati . Menurutnya kaum perempuan tidak hanya dijadikan sebagai alat untuk mengurusi rumah tangga saja. Namun perempuan saat ini juga bisa menjadi seorang pemimpin.
”Karena perempuan saat ini tidak sama dengan perempuan zaman dahulu. Saat ini kaum hawa juga memiliki ilmu pengetahuan yang tidak jauh berbeda dengan yang dimiliki oleh kaum laki-laki,”terang Nur Hayati pada majalah Bangkit, di saat peringatan hari lahir Fatayat NU yang ke-66 Selasa (17/05) lalu.
Pendidikan memang menjadi faktor penting didalam merubah paradigma tersebut. Dengan modal itulah, kata Nur Hayati perempuan akan mampu berkiprah ditengah-tengah masyarakat.
Jangan heran kalau seorang perempuan bisa duduk dikursi dewan bahkan banyak seorang perempuan yang menjadi kepala daerah. ”Jangan sekali-kali menganggap seorang srikandi lemah didalam kontek politik, ekonomi, budaya dan pendidikan,” terang perempuan kelahiran Probolinggo 20 Mei 1972 itu.
Upaya untuk mengorbitkan serta menghapus keawaman masyarakat, PC Fatayat NU meluncurkan program peduli pendidikan keaksaraan fungsional. ”Kareana ditengah-tengah masyarakat kita, masih banyak yang tidak bisa baca tulis. Oleh karena itu, Fatayat NU mengupayakan mereka untuk bisa menulis dan membaca khususnya dikalangan orang tua yang belum sempat mencicipi dunia pendidikan di masa kecilnya,” ujarnya.
Dengan melakukan transformasi nilai terhadap kaum perempuan dalam bidang pendidikan, setidaknya dapat membuka cakrawala berfikir bagi mereka tentang peran dan fungsi seorang perempuan.
Perempuan mempunyai dua peran penting yang harus dilakukan. Bahwa seorang perempuan ketika didalam konteks keluarga, perempuan harus tunduk dan patuh kepada seorang Laki-laki. Namun jika seorang perempuan berkiprah didalam masyarakat (terjun didunia politik, ekonomi maupun budaya) itu tetap sama dengan peran seorang laki-laki. Mereka juga mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Sehingga mereka juga bisa menjadi seorang pemimpin.
”Perempuan saat ini sudah banyak memilki kemampuan dan pengetahaun yang mumpuni. Karena mereka sudah banyak memahami didalam bidang-bidang tersebut,” ungkap Nur dengan nada yang berapi-api.(MHD)

READ MORE - Jangan Beranggapan Perempuan selalu Lemah

Berita

Nusron Wahid : Ansor  Jangan Lemah, Ansor Harus Bangkit


Umbul-umbul bertuliskan Pengurus Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Probolinggo dan PC GP Ansor Kraksaan  tampak  berjejer mewarnai  jalan pantura Kabupaten Probolinggo. Bendera yang di pasang mulai berukuran kecil hingga berukuran besar. Lagu yang bernuasa religi  menjadi suguhan rohani sekaligus menyambut para undangan dalam pelantikan PC GP Ansor Kabupaten Probolinggo dan Kraksaan periode 2010-2014, senin (28/2) lalu, di Ponpes Syech Abdul Qodir Al Jailani.

Mereka (para pengurus, red) menduduki kursi sambil menunggu prosesi pelantikan  dengan mengenakan jas hijau yang bertuliskan pengurus cabang Ansor Kabupaten probolinggo dan Kraksaan,di dada kirinya dengan logo kebesaran Ansor dilengan kirinya.    

Dalam momentum pelantikan  tersebut di hadiri oleh Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Timur KH. Mutawakkil Alallah, Ketua Pengurus Pusat  GP  Ansor Nusron Wahid, Ketua PW GP Ansor Jawa Timur Alfa Isnaeni, Ketua PCNU Kraksaan H. Nasrullah Ahmad Suja’i dan Ketua PCNU Kabupaten Probolinggo KH. Saiful Hadi.

Bagitu pula Bupati Probolinggo Drs. H. Hasan Aminuddin, M.Si, Kapolres Probolinggo AKBP Zulfikar Tarius, Ketua DPRD Ahmad Badawi, Kasdim 0820 Mayor Inf. Agus Wahyudi, pengasuh Ponpes Syech Abd. Qodir Al Jailani KH. Hafidz Aminuddin dan  ribuan warga NU Kabupaten Probolinggo.

Seusai melakukan prosesi pelantikan, Nusron Wahid menyampaikan pelantikan ini memiliki makna tersendiri sebab bersamaan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

“Pelantikan ini dilaksanakan bersamaan dengan peringatan Maulid Nabi sebagaimana pelantikan PP GP Ansor beberapa hari yang lalu. Dengan pelantikan yang bersamaan dengan peringatam Maulid ini kita ingin mengamalkan ajaran Islam sebagaimana yang diajarkan Rasulullah yakni Islam Ahlussunnah Waljamaah ”, katanya.

Nusron juga menjelaskan visi Ansor ke depan, diantaranya revitalisasi nilai dan tradisi NU serta menegaskan bahwa Ansor adalah pembela warga NU. “Selain itu kita juga akan memperkuat sistem kaderisasi sehingga kader Ansor dapat berkiprah disegala bidang dan segala tingkatan kepemimpinan”, terang Nusron sembari mengajak kaum NU dengan wajah yang penuh dengan semangat.

Oleh karenanya, Nusron berharap anggota Ansor dapat lebih mengembangkan potensi dan kualitas yang dimilikinya. Pasalnya Ansor merupakan kader harapan Nahdhotul Ulama’, oleh sebab itu para kader Ansor harus mampu membaca peluang dan mampu membaca kondisi yang di hadapi. ”Ansor jangan lemah, Ansor harus bangkit.  Sehingga  kader Ansor dapat memainkan peran penting di segala bidang,” pesan Nusron  pada kader Ansor yang baru dilantiknya.

 Sementara  itu, Bupati Hasan pada sambutannya mengaku bangga dan bersyukur atas dilantiknya dua kepengurusan PC GP Ansor di Kabupaten probolinggo tersebut. “Pengurus yang baru dilantik ini sebenarnya sudah berbuat banyak bahkan sebelum dilantik. Para sahabat Ansor ini telah memberikan uswah kepada masyarakat”, jelasnya.

Beberapa kegiatan dimaksud diantaranya penanaman 5000 bibit pohon mangga, gerak jalan sehat, volly tingkat regional.

Hasan juga mengharapkan, kader pemuda ansor harus memberikan hal yang terbaik  bagi masyarakat serta harus bisa menjadi benteng dalam memerangi dampak globalisasi oleh perputaran jaman. Pengurus Ansor ini harus juga melakukan pelatihan, agar mampu meningkatkan kualitas kader.

 Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Timur KH. Moh. Hasan Mutawakil Alallah menyampaikan, Ansor merupakan kader penerus dari Nahdhotul Ulama’. “Ansor Adalah harapan dari Nahdhotul Ulama untuk meneruskan perjuangan para pendiri NU.  Pengurus hari ini merupakan pemimpin NU masa depan,”terangnya. (MHD)
READ MORE - Berita